Tugas Makalah ini Dibuat Untuk
Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah Gender dalam Sastra
Dosen : Nori Anggraini
Dosen : Nori Anggraini
Disusun
Oleh :
Ayu
Safitria
2011070039
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS
PAMULANG
2013
Puji
syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini saya buat dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Gender dalam Sastra.
Saya
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Tanpa
bantuan dari dosen dan teman-teman saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Akhir
kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala urusan kita, Amin.
Pamulang, Desember 2013
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................. 2
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Penjelasan Gender..................................................................... 4
2.
Sinopsis Novel Perempuan Jogja Karya
Achmad Munif.......... 4
3.
Kajian Aspek Penokohan Tokoh Wanita.................................. 5
4.
Kajian Tokoh Lain yang Mempunyai Keterkaitan dengan Tokoh Perempuan 6
5.
Sikap Penulis Karya Sastra Perempuan Jogja “Achmad Munif” Konteks Sosial Pengarang .............................................................................................. 8
6.
Biografi Pengarang................................................................... 10
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan..................................................................................... 11
B.
Saran........................................................................................... 11
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 12
Sastra pada
dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata-mata sebuah imitasi.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mengdayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang
kehidupan manusia. Kemunculan sastra dilatar belakangin adanya dorongan dasar
manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya.[1]
Sastra tidak
lahir dari kekosongan. Sastra adalah gambar kehidupan yang ada di sekitar kita
karena sastra adalah cerminan masyarakat. Sastra adalah dunia kecil yang
diciptakan oleh pengarang yang di dalamnya terdapat masalah-masalah kehidupan
yang bersumber dari realitas sosial atau kehidupan lingkungan sosial yang ada
di alam pikiran pengarang maupun yang dilihat oleh pengarang. Hal ini sejalan
dengan apa yang dikatakan oleh Damono dalam Najid (2003:9) bahwa sastra adalah
cermin kehidupan. Sastra merupakan kristalisasi nilai dan pengalaman hidup.
Karya sastra
merupakan cermin masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang ada di dalam
teori mimetik. Sebagai sebuah cermin masyarakat, karya sastra merupakan cermin
realitas sosial yang ada di masyarakat. Kenyataan yang terus berkembang dan
tetap hidup sampai sekarang adalah posisi dan tugas perempuan dan laki-laki
sesuai kodratnya di dalam kehidupan.
Pengertian
gender juga masih berkutat antara pria dan wanita. Berbeda dengan ‘sex’, dalam
gender perbedaan antara pria dan wanita lebih diciptakan oleh konstruksi
lingkungan atau sosial yang ada. Pembahasan gender lebih menekankan pada
karakteristik seperti perilaku, sikap, dan peran yang menempel atau ada pada
pria dan wanita yang berasal dari konstruksi sosial. Karena itu, karakteristik
tersebut (perilaku, sikap, dan peran) dapat dipertukarkan. Oleh karena itu, karena
gender tercipta dari konstruksi sosial, maka gender bersumber dari manusia atau
masyarakat. Apa yang menjadi perbedaan antara pria dan wanita seperti harkat
dan martabatnya dapat saling dipertukarkan. Pembedaan manusia seperti ini
berdampak pada terciptanya norma-norma tentang ‘pantas’ dan ‘tidak pantas’.[2]
Dalam karya sastra, permasalahan
mengenai gender merupakan bentukan dari kebudayaan khusus bentukan budaya
patriarki yang mendudukkan posisi perempuan sebagai inferior sedangkan
laki-laki sebagai superior.[3]
Berarti gender itu menggambarkan tentang perbedaan status sosial antara
laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa gender dan jenis kelamin
yaitu feminin-maskulin ditentukan secara kultural, sebagai hasil pengaturan
kembali infrastruktur material dan superstruktur ideologis. Oleh karena itu,
feminitas mengandung pengertian psikologis kultural, seseorang tidak dilahirkan
”sebagai” perempuan, melainkan ”menjadi” perempuan (Ratna, 2009: 184-185).
1.2. Rumusan Masalah
Fokus masalah dalam makalah ini, kami
memberikan batasan masalah sehingga tidak menyimpang dari apa yang telah
menjadi pokok bahasan. Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan, maka
yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
1.
Bagaimana penjelasan gender lebih jelasnya?
2.
Bagaimana sinopsis novel Perempuan Jogja karya Achmad Munif?
3.
Apa yang dibahas dalam kajian aspek
penokohan tokoh wanita?
4. Bagaimana kajian
tokoh lain yang mempunyai keterkaitan dengan tokoh perempuan?
5. Bagaimana
sikap penulis terhadap karya sastra Perempuan
Jogja yaitu Achmad Munif?
[1] A.
Teeuw, Sastra Indonesia Modern II,
(Jakarta: PT. Dunia Pusaka Jaya, 1989), hlm. 99.
[2] http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2013/07/konsep-gender-dan-sex.html
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/gender_sastra
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Penjelasan
Gender
Karya sastra merupakan
pluapan spontan dari perasaan yang kuat dan tidak dipandang lagi sebagai
refleksi tindak-tindak manusia. Selain itu merupakan cermin emosi yang
dikumpulkan dalam keheningan mendalam, yang kemudian direbisi dalam penciptaan
melalui pemikiran. Karya sastra yang bermutu adalah karya sastra yang mampu
melukiskan kehidupan sedetail mungkin (Edraswara, 2006:33-34).
Persoalan gender tak
akan muncul apabila perbedaan-perbedaan gender berjalan selaras sehingga antara
gender laki-laki dan perempuan dapat saling melengkapi dan menghargai.
Persoalan muncul ketika ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam relasi
gender telah melahirkan ketidakadilan terhadap perempuan. Implikasi lebih luas
dari ketimpangan gender adalah perempuan banyak kehilangan hak dan kebebasannya
dalam mengambil setiap keputusan baik itu yang menyangkut dirinya sendiri
maupun masyarakat.
Dalam
Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep
kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku,
mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat.
2.2.
Sinopsis Novel Perempuan Jogja Karya
Achmad Munif
Ramadan adalah
mahasiswa semester akhir di salah satu Universitas di Jogja, mengambil
jurusan Hubungan Internasional yang juga bekerja sebagai wartawan
di salah satu media masa di Jogja. Ramadhan adalah
lelaki yang baik, cerdas, tahu banyak tentang sastra dan juga rendah hati. Ramadhan merupakan anak dari keluarga sederhana dan ia membayar uang
kuliahnya menggunakan uangnya sendiri.
Keluarga RM Sudarsono yang tinggal di pendopo
Sudarsanan telah mengenal Ramadhan sejak lama, karena ia sering mewawancarai RM
Sudarsono yang merupakan istri dari RA Niken dan ayah dari RM Danudirjo, suami
dari Rumanti dan Indri Astuti tentang kebudayaan. Ramadhan
sangat mengagumi Rumanti tetapi, kekagumannya itu hanya sebatas
kagum karena Rumanti adalah perempuan yang cantik, baik, lemah lembut, penurut
terhadap suaminya, tidak berani membantah apa yang dikatakan suaminya dan
menyayangi suami serta kedua anaknya.
Rumanti menikah dengan
Danu merupakan kehendak dari ayah dan ibunya, karena Danu mengalami stres dan
hampir gila ditinggal kekasihnya menikah dengan orang lain. Namun setelah tujuh
belas tahun menikah, mantan kekasihnya datang lagi menemui Danu karena
diceraikan suaminya. Akhirnya Danu dan Norma menikah dengan
persetujuan Rumanti dan dengan terpaksa Rumanti merelakan
untuk dimadu, tetapi karena ingin menguasai harta Danu pernikahan
itu berlangsung beberapa bulan saja, Norma dimasukan ke penjara setelah
terbukti melalakukan percobaan bunuh diri terhadap Danu.
Ramadhan sempat
mencintai teman satu kampus bernama Tyas, tetapi karena factor kekayaan yang
berbeda jauh akhirnya dia tidak mengungkapkan isi hatinya. Ramadhan hanya
menganggap Tyas sbagai teman perempuannya saja.
Suatu ketika, Ramadhan
mulai tertarik dengan seorang perempuan yang dilihatnya di kampus. Ia melihat
gadis itu lagi pada acara memperingati wafatnya penyair legendaris, Chairil
Anwar. Dari saat itulah Ramadhan mulai dekat dengan gadis tersebut yang
ternyata merupakan anak dari RM Sudarsono, Raden Indri Astuti. Kecantikan indri
membuat Ramadhan jatuh cinta, kali ini dia berusaha dan berjuang mendapatkan
cinta Indri meskipun dia bebeda jauh dengan Ramadhan yang jauh lebih miskin
daripada Indri. Perjalanan kisah cinta mereka tidak begitu lancar, karena Danu
telah menjodohkan Indri dengan temannya, Suwito.
Tetapi Danu tidak mengetahui bahwa Suwito adalah laki-laki tidak baik dan
suka main perempuan sehingga Danu membatalkan perjodohannya. Ia mengetahui hal tersebut ketika Danu pulang dari rumah sakit akibat
menjadi korban pembunuhan yang dilakukan Norma yang menginginkan uang dari
suaminya. Akhirnya, Danu sadar bahwa Rumanti adalah istri yang paling baik. Danu
akhirnya mneyetujui Ramadhan dan Indri berpacaran.
2.3. Kajian
Aspek Penokohan Tokoh Wanita
Prempuan Jogja berkisah tentang tiga
perempuan yang mencoba untuk melepaskan diri dari belenggu keluarga dan
lingkungan. Keteguhan tiga perempuan dengan latar belakang yang berbeda
berhasil di uraikan A. Munif dengan jelas dan terperinci, bagaimana tiga
perempuan dari Jogja tersebut menyelesaikan masalah dengan caranya masing-masing.
Perlawanan
Rumanti berbeda dengan dua perempuan lainnya. Rumanti seorang istri yang harus
merelakan suaminya menikah lagi, meskipun pada awalnya perkawinan mwereka tanpa
di dasari oleh rasa cinta. Rumanti menunjukkan perlawanandengan cara tidak
melawan, dia hanya diam dan diam karena dia menyadari posisinya dari keluarga
miskin dan telah diangkat derajatnya oleh suaminya yang merupakan seorang
keturunan darah biru. Meskipun begitu Rumanti tetap yakin bahwa kebahagiaan dan
keadilan akan tertuju padanya dengan sikap saling pengertian dalam perkawinan.
Yang
namanya cinta tak ada kata paksaan dan harta seperti itulah yang di rasakan
R.A. Indri Astuti yang berdarah biru keturunan ningrat. Cintanya pada seorang
wartawan budaya yang jauh dari gelar ningrat harus ia perjuangkan dengan
melawan sang kakak yang bersikeras menjodohkannya dengan seorang konglomerat.
Indri Astuti percaya cinta tak membutuhkan harta atau tahta yang penting adalah
ketulusan.
Terbelenggu dari kemiskinan, Itulah
kehidupan yng harus di jalani Popi, perempuan muda yang masih duduk di bangku
SMA. Ibunya selingkuh dengan laki-laki kaya karena tak tahan denagn kemiskinan
yang telah bertahun-tahun menjerat keluarganya dan popi pun juga harus
merasakan jatuh kedalam lembah hitam apalagi setelah penindasan dan pelecehan
yang di lakukan pacarnya, membuat popi berontak melawan segala permasalahan di
hidupnya, sampai akhirnya ai berhasil di selamatkan dan di angkat anak oleh
keluarga ningrat.
2.4. Kajian
Tokoh Lain yang Mempunyai Keterkaitan dengan Tokoh Perempuan
Dalam bagian ini akan mengkaji tokoh lain terutama
tokoh laki-laki yang mempunyai keterkaitan dengan tokoh perempuan. Pada kajian
ini, tokoh laki-laki yang dikaji adalah tokoh Suwito
yang mempunyai karakteristik sebagai tokoh yang dapat dikatakan tidak setia dan
seorang laki-laki tidak baik yang sering mempermainkan perempuan. Pendukung
pernyataan tersebut ada pada kutipan:
“tangan Suwito memijat-mijat lutut Nita. Gadis itu
sediki menggelinjing……… Padahal tidak hanya Nita yang pernah diajak Suwito ke
Villa Kaliurang, tetapi juga Nora, Indah, Narmi, dan entah siapa lagi.”
(Hlm.114)
Kutipan diatas menunjukan sikap
moral Suwito yang tidak baik sering berganti perempuan yang diinginkannya.
Selain mengkaji tokoh Suwito, makalah ini juga mengkaji tokoh RM Danudirjo dengan karakteristiknya yang memadu
istrinya Rumanti.
Pada umumnya, karya sastra yang menampilkan tokoh wanita
bisa dikaji dari segi feministik. Baik cerita rekaan, lakon, maupun sajak mungkin untuk diteliti dengan
pendekatan feministik, asal saja ada tokoh wanitanya. Kita akan mudah
menggunakan pendekatan ini jika tokoh wanita itu dikaitkan dengan tokoh
laki-laki. Tidaklah menjadi soal apakah mereka berperan sebagai tokoh utama
atau tokoh protagonis, atau tokoh bawahan.
Di dalam rumah tangga yang konservatif, suami adalah
pencari nafkah tunggal. Sebagi orang yang memiliki dan menguasai uang, suamilah
yang memegang kekuasaan, dan hidup seorang istri menjadi tergantung pada
suaminya. Wanita yang merasa puas dan bahagia dengan hanya semata-mata mengurus
keluarga dan rumah tangganya akan ditentang oleh feminis.[1]
Penulis menggambarkan tokoh
Rumanti sebagai perempuan yang lemah lembut, penurut, setia, gemar, dan pandai
mengatur rumah tangga serta mau berusaha keras membahagiakan suaminya seperti
pada kutipan:
“ Maka Mbak tidak bisa berbuat lain
kecuali menjaga kesetiaan sampai kapanpun.” (Hlm.27)
Yang dilakukan oleh Rumanti
hanya diam dan merestui dirinya dimadu oleh suaminya yang menikah dengan mantan
kekasihnya. Jika dilihat dari Danu yang memiliki keterkaitan dengan tokoh
Rumanti yang sedang diamati, tokoh Danu memang digambarkan seorang laki-laki
yang masih mencintai mantan kekasihnya itu dan dia sempat mengalami stress atau
gangguan kejiwaan akibat ditinggalkan oleh mantan kekasihnya itu hingga pada
akhirnya dinikahi dengan Rumanti. Kesetiaannya tidak sama halnya dengan
pengabdian dan kesetiaan Rumanti, digambarkan pada kutipan:
“ia lupa dengan kesetiaan dan pengabdian
Rumanti yang telah menyembuhkan luka-luka dihatinya.” (Hlm.34)
2.5. Sikap
Penulis Karya Sastra Perempuan Jogja
“Achmad Munif”
A. Konteks Sosial Pengarang
Novel Perempuan
Jogja merupakan Novel karangan Achmad Munif. Analisis mengenai bagaimana
pengaruh cara pengarang memperoleh penghasilan yakni sebagai sastra terhadap
Novel Perempuan Jogja menyangkut latar belakang sosial budaya dan pandangan
hidup pengarangnya.
Manusia
sebagai makhluk sosial tidak terkecuali pengarang, tidak dapat hidup tanpa
kontak sosial. Achmad munif juga mempunyai sebuah hidup sendiri yang didalamnya
terdapat lingkungan alam dan budaya yang sangat dihayati. Dalam novel ini
Achmad Munif menggambarkan latar cerita dengan adat yang masih kental seperti
pada kutipan:
“…….baginya
budaya Timur tentu dalam hal ini budaya Nusantara tidak boleh dibiarkan mandeg
apalagi tari Jawa.” (Hal.18)
“Rukmanti mengenakan pakaian tradisional Jawa
dengan kain dan kebaya.” (Hal.216)
Kutipan diatas masih
menjunjung adat istiadat masyarakat Jogja yaitu menjaga budaya Nusantara dan masih
menjunjung adat istiadat masyarakat jogja yaitu mengenakan pakaian khas adat
jawa yang masih menjadi tradisi.
Achmad
Munif dalam Novel Perempuan Jogja berbicara secara spesifik tentang kehidupan
Perempuan Jogja berbicara secara spesifik tentang kehidupan Perempuan Jogja. Dalam
Novel Perempuan Jogja terdapat terdapat kutipan-kutipan yang menggambarkan
masyarakat yang masih mengenal perjodohan, masyarakat yang masih kental dengan
adat istiadat, menggambarkan bahwa kekuasaan mengalahkan kemiskinan. Seperti
pada kutipan:
“........Raden Mas Sudarsono tidak punya pilihan lain
kecuali cepat-cepat menikahkan puterannya. Mereka memilih Rumanti karena
dianggap memiliki potensi untuk mengabdi. Apalagi Rum sendiri memang cantik,
bagai bunga mekar dirumput-rumput yang hijau. Bagi keluarga RM Sudarsono,
lelaki seperti Danu membutuhkan seorang perempuan cantik, tapi penurut.” (Hlm.
10)
“……
saya tidak pernah menjodohkan Indri dengan Suwito. Sudah lama kita sadari, kini
bukan jamannya menjodohkan anak. Semua itu keinginan Danu.” (Hlm.20)
Meskipun ada
tokoh-tokoh dari luar yang dilahirkan, namun mereka malah digunakan untuk
memperlihatkan pandangan masyarakat tentang kegiatan sehari-hari kehidupan
Perempuan di Jogjakarta. Perempuan yang digambarkan adalah perempuan ynag sopan
santun, tunduk pada peraturan suami, menghargai dan menghormati orang yang
lebih tua, baik yang mengerti tentang tata karma. Hal tersebut dapat dilihat
seperti pada tokoh Rukmanti yang penulis gambarkan pada Novel Perempuan Jogja
karya Achmad Munif.
Pada pengamatan sikap penulis karya yang
sedang dikaji ini, praduga yang terjadi adalah Achmad Munif adalah penulis
laki-laki yang menggambarkan tokoh perempuan dengan pengertiannya maka dengan
sendirinya tokoh wanita yang ditampilkan sebagai sosok tradisional yang dengan
atau tanpa sadar menjalani kehidupan penuh ketergantungan. Akan berbeda jika
Achmad Munif adalah seorang perempuan, maka penggambarannya mungkin akan
berbeda, dia akan menghadirkan tokohperempuan yang tegar, mandiri serta penuh
rasa percaya diri. Praduga-praduga demikian bisa saja terjadi.
B.
Biografi Pengarang
Achmad Munif dilahirkan di Jawa Timur, Achmad
Munif tumbuh dan dibesarkan dikeluarga yang sederhana, dari didikan
orangtuannya yang diimbangi dengan kejujuran dan keuletan sehingga dia dapat
melanjutkan kuliah dan bekerja sebagai seorang wartawan.
Achmad Munif selama
menjadi mahasiswa aktif sebagai penulis produktif. Selain itu juga memasuki
dunia jurnalistik, juga pernah menjadi penulis sekenario sinetron. Hobinnya
sebagai penulis membuahkan hasil sebagai penulis yang terkemuka yang mempunyai
ciri khas kedaerahan.
Karirya dibidang
seni dimulai dari seni tulis. Waktu luangnya selalu dihabiskan untuk menulis
baik artikel, cerpen, dan novelnya yang pernah dimuat dibeberapa media masa.
Ajaran orangtuanya sejak kecil dan kehidupannya yang penuh dengan nilai-nilai
dan aturan yang disiplin.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Persoalan gender
muncul ketika ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dalam relasi gender telah
melahirkan ketidakadilan terhadap perempuan. Implikasi lebih luas dari
ketimpangan gender adalah perempuan banyak kehilangan hak dan kebebasannya
dalam mengambil setiap keputusan baik itu yang menyangkut dirinya sendiri
maupun masyarakat.
Gambaran
masyarakat pada Novel Perempuan Jogja merupakan hasil pengatan penulis atas
segala sesuatu yang terjadi dalam masyarakat dilingkungan Yogyakarya. Dalam
Novel Perempuan Jogja terdapat terdapat kutipan-kutipan yang menggambarkan
masyarakat yang masih mengenal perjodohan, masyarakat yang masih kental dengan
adat istiadat.
3.2.
Saran
Saran kepada mahasiswa agar dapat
lebih memahami isi dari makalah ini dan dijadikan informasi atau ilmu tambahan
yang bermanfaat. Sedangkan kepada dosen pembimbing agar dapat mengulas kembali
materi pada makalah ini, bahwasanya kami sebagai anggota kelompok sangat
membutuhkan masukan dan pembelajaran.
Oleh karena itu kami mengharapkan kepada para
pembaca atau mahasiswa serta dosen pengampu kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dalam terselesainya makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis. Jakarta:
Gramedia.
Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi
Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Widya Tama.
Teeuw, A. 1989. Sastra
Indonesia Modern II. Jakarta: PT. Dunia Pusaka Jaya.
Sumber
Internet:
http://sosiologipendidikan.blogspot.com/2013/07/konsep-gender-dan-sex.html diakses pada 25 November 2013 pukul 21.26.
http://id.wikipedia.org/wiki/gender_sastra
artikel ini diakses pada 25 November
2013 pukul 22.01.
[1] Soenarjati
Djajanegara, Kritik Sastra Feminis, (Jakarta:
Gramedia, 2000), hlm. 51-52.