PEREMPUAN
INI
Setiap hari aku bersama perempuan ini, kami sudah akrab
sekali. Neneng Khoerunnisa namanya, dengan postur tubuh yang gemuk dengan berat
badan 53 kg seringkali aku menertawakannya! Tapi karna keakraban kami ia pun
tak tersinggung jika ku meledeknya. Salah satu yang aku suka darinya yaitu
hidungnya yang mancung kecil dibanding denganku jauh berbeda. Perempuan ini
sering disapa 'anis' karna ia tidak suka dengan panggilan nama depannya
'neneng'. Setiap harinya perempuan ini pergi ke kampus diantar oleh ayahnya
sampai gerbang kampus Universitas Pamulang dengan jilbab yang tak pernah ia
lepas, memakai sepatu putih dengan pita diujung sepatunya dan tas hitam yang
selalu ia pakai, uups kawan ada lagi yang selalu aku ingat tentangnya ia
beruangsakukan dua puluh lima ribu rupiah seharinya karna sering ia bercerita
tentang uang sakunya.
Kami tidak jarang bercerita tentang 'pacar' kami
masing-masing, tetapi itulah cirinya ia selalu mengulang ceritanya setiap kali
curhat denganku. Saat perempuan ini bercerita tentang suatu hal yang tidak
asing lagi ditelingaku, sering ku katakan "lo udah cerita seribu kali
nis.." sambil tertawa kecil ku bilang padanya dan tidak jarang perempuan
ini menjawab "yaelaaah gw cuma ngingetin cerita gw yu". Walaupun sifatnya
seperti itu tapi itulah ciri khasnya yang selalu saja membuatku tertawa. Perempuan
ini tinggal di daerah Ciputat, dari keluarga Betawi dengan logat bahasa yang
khas sekali seorang Betawi.
Namaku Ayu Safitria, perempuan ini
memanggilku dengan nama depanku 'ayu'. Aku dengan perempuan ini satu kelas di
Fakultas Sastra jurusan Sastra Indonesia. Tahukah kalian bahwa sifat buruk kami
berdua adalah sering mengomentari gaya seseorang, bahkan tidak hanya
mengomentarinya melainkan mencemoohnya menjadikan bahan tertawaan kami.
Setiap hari pandanganku
tertuju pada wajahnya yang beroleskan bedak La Tulip lengkap dengan alas bedaknya.
Ku pandangi wajahnya setiap kali ia baru datang ke kelas dan duduk di sampingku
ku "nis bedak lu ga rata!" ujar ku sambil meratakan bedak di
wajahnya. Tetapi jika ku lihat bedak di wajahnya rapi maka tak ku katakan hal
seperti itu. Aku memandangi lagi keseluruhan penampilannya, selalu ku beri
komentar jika ada yang tidak cocok dengan penampilannya.
Setiap kali aku datang lebih awal ku
langkahkan kakiku menuju teras di lantai lima tak jauh dari ruang kelasku.
Disana aku menunggu perempuan ini datang dari arah gerbang kampus dengan
jalannya yang berlenggak-lenggok, jika sudah nampak olehku seorang perempuan
dengan jilbabnya berjalan maka kuteriakkan memanggil namanya dan perempuan ini
sembalasnya dengan senyumnya, kulambaikan tanganku menandakan aku menunggunya
sampai ke kelas.
Aku memutar pandanganku
mengikuti arah jalannya perempuan ini, ia sampai di depan auditorium artinya
perempuan ini akan naik lift yang berada di dalam auditorium dan akan segera
sampai ke kelas. Aku lalu menelusuri lorong diantara kelas-kelas yang lain
menuju ruang kelasku dengan langkah yang lambat. Aku memalingkan pandangan ke
arah kanan, tampak seorang perempuan dengan ciri-ciri yang ku sebutkan tadi dan
ia bergegas lari ke arahku dan mengajak masuk ruang kelas bersama-sama. Kami
menyusuri deretan depan bangku kosong yang memang sudah menjadi tempat biasa
kami tempati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar