Minggu, 01 April 2012

PEREMPUAN INI

PEREMPUAN INI


            Setiap hari aku bersama perempuan ini, kami sudah akrab sekali. Neneng Khoerunnisa namanya, dengan postur tubuh yang gemuk dengan berat badan 53 kg seringkali aku menertawakannya! Tapi karna keakraban kami ia pun tak tersinggung jika ku meledeknya. Salah satu yang aku suka darinya yaitu hidungnya yang mancung kecil dibanding denganku jauh berbeda. Perempuan ini sering disapa 'anis' karna ia tidak suka dengan panggilan nama depannya 'neneng'. Setiap harinya perempuan ini pergi ke kampus diantar oleh ayahnya sampai gerbang kampus Universitas Pamulang dengan jilbab yang tak pernah ia lepas, memakai sepatu putih dengan pita diujung sepatunya dan tas hitam yang selalu ia pakai, uups kawan ada lagi yang selalu aku ingat tentangnya ia beruangsakukan dua puluh lima ribu rupiah seharinya karna sering ia bercerita tentang uang sakunya.
            Kami tidak jarang bercerita tentang 'pacar' kami masing-masing, tetapi itulah cirinya ia selalu mengulang ceritanya setiap kali curhat denganku. Saat perempuan ini bercerita tentang suatu hal yang tidak asing lagi ditelingaku, sering ku katakan "lo udah cerita seribu kali nis.." sambil tertawa kecil ku bilang padanya dan tidak jarang perempuan ini menjawab "yaelaaah gw cuma ngingetin cerita gw yu". Walaupun sifatnya seperti itu tapi itulah ciri khasnya yang selalu saja membuatku tertawa. Perempuan ini tinggal di daerah Ciputat, dari keluarga Betawi dengan logat bahasa yang khas sekali seorang Betawi.
            Namaku Ayu Safitria, perempuan ini memanggilku dengan nama depanku 'ayu'. Aku dengan perempuan ini satu kelas di Fakultas Sastra jurusan Sastra Indonesia. Tahukah kalian bahwa sifat buruk kami berdua adalah sering mengomentari gaya seseorang, bahkan tidak hanya mengomentarinya melainkan mencemoohnya menjadikan bahan tertawaan kami.
Setiap hari pandanganku tertuju pada wajahnya yang beroleskan bedak La Tulip lengkap dengan alas bedaknya. Ku pandangi wajahnya setiap kali ia baru datang ke kelas dan duduk di sampingku ku "nis bedak lu ga rata!" ujar ku sambil meratakan bedak di wajahnya. Tetapi jika ku lihat bedak di wajahnya rapi maka tak ku katakan hal seperti itu. Aku memandangi lagi keseluruhan penampilannya, selalu ku beri komentar jika ada yang tidak cocok dengan penampilannya.
            Setiap kali aku datang lebih awal ku langkahkan kakiku menuju teras di lantai lima tak jauh dari ruang kelasku. Disana aku menunggu perempuan ini datang dari arah gerbang kampus dengan jalannya yang berlenggak-lenggok, jika sudah nampak olehku seorang perempuan dengan jilbabnya berjalan maka kuteriakkan memanggil namanya dan perempuan ini sembalasnya dengan senyumnya, kulambaikan tanganku menandakan aku menunggunya sampai ke kelas.
Aku memutar pandanganku mengikuti arah jalannya perempuan ini, ia sampai di depan auditorium artinya perempuan ini akan naik lift yang berada di dalam auditorium dan akan segera sampai ke kelas. Aku lalu menelusuri lorong diantara kelas-kelas yang lain menuju ruang kelasku dengan langkah yang lambat. Aku memalingkan pandangan ke arah kanan, tampak seorang perempuan dengan ciri-ciri yang ku sebutkan tadi dan ia bergegas lari ke arahku dan mengajak masuk ruang kelas bersama-sama. Kami menyusuri deretan depan bangku kosong yang memang sudah menjadi tempat biasa kami tempati.