Jumat, 17 Mei 2013

DESKRIPSI BERBAGAI KEJADIAN DALAM WAKTU YANG LAMA


PASAR MALAM TAHUNAN

            Senja menutup perjalananku dari Pamulang ke Bogor hari ini. Kutemui pasar malam yang letaknya tak jauh dari perkampungan tempatku tinggal, kuputuskan untuk sebentar mengunjunginya. Barisan pengunjung pasar malam terlihat membentang sedang berjalan kaki dengan panjang barisan sekitar 5 meterperlahan memenuhi pasar. Aku berada di antara barisan itu karena terhimpit oleh kendaraan yang lalu lalang di depan pedagang pakaian yang mengelilingi seluruh pasar. Orang-orang berdatangan, berdesak dan ingin menguasai tempat yang ramai di tengah-tengah kepadatan aneka ragam manusia itu.
            Pada deretan sebelah utara kelihatan pedagang sepatu, boneka barbie, tiga pedagang pakaian berderet dan pedagang tas. Semua pedagang ini menggunakan terpal. Pada deretan dekat pintu masuk utama ada dua pedagang bakso, mie ayam dan tiga pedagang soto mie yang membelakangi pedagang mie ayam. Semua pedagang ini menggunakan gerobak. Di tengah deretan para pedagang terlihat komidi putar bebentuk gajah, sangkar burung yang berputar ke atas, ombak banyu, dan rumah hantu yang berhadapan langsung dengan pertunjukkan orang kerdil.
            Para pedagang pakaian sudah siap melayani pelanggannya, setiap pengunjung yang lewat di depannya diteriakinya “Silahkan ibu, bapak, mbak, mas mau cari apa? Baju atau celananya, silahkan dilihat dulu!”
            Terlihat di samping kananku seorang perempuan bersama seorang teman sebayanya. Perempuan itu mendekatkan bibirnya pada kuping temannya itu, berbisiknya perlahan penuh perasaan, sambil jari telunjuknya menunjuk ke arah baju yang bergantung berwarna coklat muda, berbahan sifon dengan brukat di sekeliling kerahnya. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka, agaknya sedang memutuskan untuk membeli baju yang ditunjukknya atau tidak.
            Senja sudah berpindah menjadi malam, tetapi aku masih asik dengan pandanganku memperhatikan seisi pasar malam ini. Aku memutuskan untuk masuk ke wahana rumah hantu. Ketika aku berjalan menuju wahana itu, terlihat pedagang bakso yang ramai sekali dikunjungi pembelinya. Keringat menetes setelah si pedagang bakso membuka tutup panci besar baksonya yang mengeluarkan uap panas. Percakapan yang meriah terjadi. Sesekali kualihkan terus pandanganku kepada tukang bakso yang semakin banyak pembelinya.
            Terdengar sayup-sayup bunyi alunan musik menyeramkan, gonggongan anjing dan suara serigala mengaung dari rumah hantu yang tepat di hadapanku. Orang masih berdesak-desak hendak masuk. Lagi-lagi aku masuk ke dalam rombongan orang-orang yang tidak aku kenal. Di hadapanku ada sebuah pintu kamar, tiba-tiba pintu itu di ketuk orang dengan perlahan dari dalam kamar. Kami kaget, terperanjat berlari. Di belakang kami ada satu pocong mengikuti, di pojok kiri ruangan terlihat kuntilanak berambut panjang, ia duduk memperhatikan. Ketukan kamar itu berulang terdengar mendesak, memaksa. Tiba-tiba terdengar suara yang memerintah, “Buka!” Aku berlari dan menemukan pintu keluar dengan terengah-engah.
            Pedagang bakso kelihatan masih ramai oleh pembeli.  Terlihat motor dan mobil yang senja tadi masih banyak yang melintas sekarang sudah jarang terlihat hanya satu dua yang berlalu lalang. Pada jam setengah sepuluh malam seperti ini sudah tidak ada lagi angkutan umum yang melintas, terpaksa aku menelpon paman untuk menjemputku pulang.
            Ketika aku pulang dari pasar malam, hanya terlihat satu saja gerobak pedagang soto mie di dekat pintu masuk. Tukang mie ayam masih melakukan jual beli, dan pembelinya pun ternyata cukup banyak. Orang-orang terlihat berjalan kembali ke rumahnya bergerombol, agaknya pengunjung lebih banyak di jalanan menuju pulang daripada pengunjung yang masih berada di dalam pasar.
            Matahari belum muncul, tetapi hari sudah terang. Sabtu pagi ini terdengar gemericik air hujan dari atas genteng rumahku. Aku putuskan untuk berkunjung ke rumah nenek yang jaraknya melewati pasar malam. Aku melewati lapangan sepak bola, rute yang biasa. Di saat sepagi ini anak-anak kecil terlihat bermain sepakbola. Dari sini, sudah terlihat pasar malam itu, suasana yang terlihat sungguh berbeda dengan yang kulihat semalam. Para pedagang tidak nampak, yang terlihat hanya terpal-terpal yang menutupi seluruh gerobak dan pedagang lainnya.
            Di tengah-tengah gemericik hujan ini pasar menjadi becek, terlihat pedagang mulai berdatangan menyusun papan-papan panjang di sekitar pasar membuatkan jalan setapak untuk pengunjung malam nanti. Tidak lama kemudian di sebelah kananku dua orang ibu rumah tangga berjalan sambil berbincang bahwa pasar malam itu berakhir pada malam ini dan akan diadakan lagi tahun depan seperti biasanya.
            Sore nanti pedagang akan membuka kembali dagangannya dan akan banyak lagi pengunjung datang dan bermain. Esok Hari, berakhirlah sudah pasar malam yang ramai dan pedagang akan mengemaskan semua dagangan dan komidi putarnya. Tanah kosong itu akan seperti biasa lagi dijadikan  kebun ubi oleh pemiliknya.